BAGAIMANA JIKA KAMI BERHENTI JADI GURU ?

Selamat Malam Bapak dan Ibu Guru salam sejahtera untuk kita semua...
Guru cubit murid. Guru dipidanakan. Guru diadili. Guru disidang. Guru dipukul. Guru diancam. Guru diapa-apakan. Baru sekarang. Cetakan sejarah baru. Prostitusi generasi yang berlebihan dalam menilai makna pendidikan pada kodrat yang sebenarnya. Generasi yang teramat manja hanya bermain-main atas nama pendidikan yang kelak akan membesarkan namanya.
Mau jadi apa, mau jadi siapa, pendidikan yang layak sejak dini adalah bekal untuk menjadi penyemarak pendidikan di masa depan maupun penghancur pendidikan itu sendiri. Bagaimana jika kami berhenti jadi guru? Pernahkah pertanyaan ini terpikir dari benak anak-anak yang dicubit?
Anak-anak yang terlalu manja. Anak-anak yang merengek minta diajarkan matematika. Anak-anak yang menangis lantaran belum bisa membaca dengan benar. Anak-anak yang dilarang main bola di luar jam pelajaran olahraga. Anak-anak yang keras kepala memanjangkan rambut sampai bahu karena meniru aktor idola yang sering balap sepeda motor di televisi. Anak-anak yang lupa ada guru menanti di sudut ruangan setelah jam pulang karena takut orang tua belum datang menjemput.
Guru Cubit Murid. Guru dipidanakanGuru diadiliGuru disidangGuru dipukulGuru diancam. Guru diapa-apakan. Baru sekarang. Cetakan sejarah baru. Prostitusi generasi yang berlebihan dalam menilai makna pendidikan pada kodrat yang sebenarnya. Generasi yang teramat manja hanya bermain-main atas nama pendidikan yang kelak akan membesarkan namanya. Mau jadi apa, mau jadi siapa, pendidikan yang layak sejak dini adalah bekal untuk menjadi penyemarak pendidikan di masa depan maupun penghancur pendidikan itu sendiri.
Bagaimana jika kami berhenti jadi guru? Pernahkah pertanyaan ini terpikir dari benak anak-anak yang dicubit? Anak-anak yang terlalu manja. Anak-anak yang merengek minta diajarkan matematika. Anak-anak yang menangis lantaran belum bisa membaca dengan benar. Anak-anak yang dilarang main bola di luar jam pelajaran olahraga. Anak-anak yang keras kepala memanjangkan rambut sampai bahu – anak-anak laki-laki – karena meniru aktor idola yang sering balap sepeda motor di televisi. Anak-anak yang lupa ada guru menanti di sudut ruangan setelah jam pulang karena takut orang tua belum datang menjemput. Anak-anak yang…
Bagaimana jika kami berhenti mengajar? Pernahkan hal ini terlintas di benak orang tua yang buta mata hati dalam menilai segala rupa. Orang tua yang memanjakan anak-anak mereka dengan tayangan televisi. Orang tua yang selalu membenarkan setiap perkataan anak. Orang tua yang selalu membela anak-anak mereka walaupun tersalah. Orang tua yang selalu memberikan semua permintaan anak. Orang tua yang menilai anaknya diam di rumah padahal keluyuran di jalan raya dengan balap-balapan sepeda atau sepeda motor. Orang tua yang pura-pura tak tahu anak merokok padahal baunya masih membekas dari napas dan pakaian. Orang tua yang bahkan tak pernah mengajar sama sekali di rumah hanya menyerahkan hak didik kepada guru di sekolah.
Nama besar guru telah ternodai begitu petasan hukum meledak. Atas nama Hak Asasi Manusia guru diadili di meja hijau. Guru yang biasanya berteriak-teriak di depan kelas dengan isi 30 murid  harus duduk manis menerima putusan. Suara guru diabaikan karena telah mencubit, telah mengunduli, telah memukul murid  yang katanya anak baik-baik.
Tidaklah demikian, kawan. Guru membayangi sebuah tamparan karena ada sebab dan kepada siapa layak dilayangkan. Anak dicubit karena apa? Anak digunduli karena apa? Anak dipukul karena apa? Sekali saja? Berkali-kali anak membuat tingkah?
Cubitan guru sampai membekas karena anak main pesawat terbang kertas saat jam pelajaran. Rambut gondrong digunduli karena kedisplinan, kerapian, bukan untuk menjadi preman di usia anak-anak. Tangan dipukul karena setiap guru menyuruh menghapal perkalian matematika, kelipatan paling mudah, perkalian angka 5 saja tak pernah dihapal dengan baik. Guru menghukum berdiri di depan kelas karena disuruh hapal rukun iman, rukun Islam, nabi dan rasul 25, dihapal dalam kondisi terbalik-balik bahkan tak hapal sama sekali.
Di antara 30, paling banyak 5 orang saja yang benar-benar pembangkang. Selebihnya adalah pengikut sejati. Bos besar akan mendikte semua anak buah. Bos besar menjarah jajan anak buah bahkan seisi kelas. Bos besar dengan mudah mencuri hasil kerja juara kelas untuk dikumpul atas nama dirinya. Setelah bos besar, ada sekretaris, ada bendahara, ada anggota-anggota, semuanya turut ke tabiat bos besar. Ibarat ular berbisa, sekali disentil maka ia akan mematuk. Anggota kelompok ini tak bisa disentuh. Walaupun seisi kelas meraung-raung karena uang jajan lenyap dari dalam tas. Pensil hilang atau patah. Buku tulis sobek. Tugas belajar hilang. Anak-anak yang telah berlaku demikian tetap akan menjawab, “Bukan saya, Pak!” walaupun kemudian di dalam tasnya ditemukan pensil, rautan, penghapus, bahkan buku tugas si juara kelas.
Hanya mereka dengan tabiat demikian yang dipatuk oleh tangan guru. Kapan? Setelah menerima teguran. Setelah ditegur berulangkali. Setelah dikirim surat kepada orang tua. Setelah orang tua datang ke sekolah. Namun, anak yang sok kuasa demikian bahkan merobek surat dari sekolah sehingga orang tua tidak tahu tabiatnya. Tiba pada saat guru memukul karena si anak cekikikan tak hapal lagu Indonesia Raya, anak berang dan lapor ke orang tua. Orang tua gegabah dan penuh amarah datang ke sekolah. Membawa parang, menghardik guru karena salah mendidik. Memborgol guru di depan anak-anak. Menyeret guru ke pengadilan. Anak-anak bersorak. Guru tegas itu telah dibungkam oleh orang tua perkasa.
Bagaimana dengan anaknya yang tak hapal lagu kebangsaan? Padahal tiap Senin adalah upacara bendera. Bagaimana dengan anaknya yang membaca masih seperti kambing naik tangga? Bagaimana dengan anaknya yang berhitung lupa angka tujuh? Bagaimana dengan anaknya yang tak pernah buat tugas?
Murid  ini diadili juga?
Ada sebab, ada akibat, kawan. Kamu tanya berapa banyak anak dengan prestasi dihukum guru? Adakah anak bisa menghapal perkalian kena cubit? Adakah anak bisa menyelesaikan soal di urutan pertama kena hukum? Adakah anak dengan rambut klimis digunduli?
Hanya mereka yang mencuri, mereka yang memukul kawannya, mereka yang mengganggu anak perempuan, mereka yang keluar masuk kelas saat guru mengajar, mereka yang sembunyi saat pelajaran hapalan, mereka yang datang terlambat ke sekolah, mereka yang merokok di belakang sekolah, mereka yang begitulah adanya di lapangan. Kembali lagi kepada rahasia guru dan murid . Si A ketahuan merokok, tak akan sampai berita ini kepada orang tuanya. Si B dihukum berdiri menghadap bendera karena terlambat 30 menit datang ke sekolah, hanya bangunan sekolah yang menjadi saksi bisu.

Anak dicubitAnak digundulinAnak dipukulMurid  dicubitMurid  digunduliMurid  dipukul. Karena bermula dari wataknya bermain atas nama bos. Semua karena sifat temperamentalnya yang hampir mendarah daging. Guru menyuruh meninggalkan yang salah, orang tua membenarkan. Guru memarahi, orang tua membela. Guru meminta, “Kamu potong rambut ya, Nak!” besoknya makin panjang. “Kamu potong kuku ya, Nak!” besoknya ditambahkan cat. “Kamu masukkan baju ke dalam ya, Nak!” semenit kemudian lepas lagi. “Kamu kerjakan tugas ya, Nak!” tak lama telah siap padahal ia tak pernah hapal rumus matematika.
Bagaimana jika kami berhenti jadi guru? Kamu siap mengajar sendiri? Jangan lupa, kawan. Sekolah itu mengajarkan tiga hal, kognitif, psikomotor dan afektif. Sinkronkan ketiganya agar mendapatkan adonan yang manis, enak dinilai dan bercita rasa tinggi. Bumbuhi juga dengan ilmu sosial yang tak akan pernah kamu dapatkan jika anak belajar seorang diri di rumah!
demikian semoga bermanfaat dan silahkan dibagikan

0 Response to "BAGAIMANA JIKA KAMI BERHENTI JADI GURU ?"

Posting Komentar